Pengorbanan Dalam Menciptakan Kebiasaan Baik


Kebiasaan menciptakan landasan untuk penguasaan sesuatu. Kebiasaan menjadi tulang punggung dalam proses peraihan kesempurnaan. Manfaat dari kebiasaan bukan tanpa pengorbanan, salah satu manfaatnya yaitu dapat melakukan sesuatu tanpa berpikir. Tetapi ketika kebiasaan menjadi otomatis akan membuat kita menjadi kurang peka terhadap terhadap umpan balik, menjadi lebih mudah membiarkan kesalahan terjadi, dan ketika mampu menghasilkan sesuatu yang cukup baik secara autopilot kita akan berhenti berpikir tentang cara melakukannya secara lebih baik.

Suatu keterampilan berhasil dikuasai, biasanya sejalan dengan waktu ada sedikit penurunan performa. Biasanya penurunan performa yang kecil ini tidak membuat orang khawatir. Namun, ketika ingin memaksimalkan potensi dan meraih performa tingkat tinggi, kita memerlukan pendekatan yang lebih beragam. Kebisaaan itu perlu, tapi tidak cukup untuk meraih kepiawaian. Yang diperlukan adalah kombinasi antara kebiasaan yang otomatis dan praktik yang disengaja.

Kebiasaan + Praktik Disengaja = Penguasaan

Untuk menjadi hebat, keterampilan tertentu memang perlu menjadi otomatis. Namun, setelah kebiasaan berhasil dikuasai, kita harus kembali kebagian pekerjaan yang lebih sulit dan mulai membangun kebiasaan berikutnya. Tiap kebiasaan membuka kunci ke tingkat performa berikutnya, ini merupakan suatu siklus tanpa akhir. Walaupun kebiasaan – kebiasaan itu sangat berguna, yang kita perlukan adalah cara mempertahankan performa dengan ketika merasa telah menguasai suatu keterampilan, kita harus menghindari jatuh kejebakan rasa puas diri.

Refleksi dan peninjauan ulang perlu dilakukan karena memungkinkan perbaikan jangka panjang atas semua kebiasaan karena membuat kita menyadari kesalahan dan membantu mempertimbangkan cara – cara yang mungkin untuk memperbaiki. Perbaikan tidak hanya tentang membentuk kebiasaan, tapi juga menyempurnakan. Refleksi dan peninjauan ulang menjamin mengerahkan waktu pada hal – hal yang benar dan membuat koreksi arah setiap diperlukan. Dua cara untuk refleksi dan peninjauan ulang yaitu membuat “ulasan tahunan”, kemudian merenungkan kemajuan (atau kemunduran). Setelah semua itu dilakukan mana membuat “laporan integritas”.

Kedua laporan ini tidak memakan waktu lama, tapi saat – saat yang sangat penting dalam rangka penyempurnaan. Laporan ini mencegah penurunan bertahap, pengingat untuk meninjau kembali identitas, mempertimbangkan kembali kebiasaan-kebiasaan, menunjukan kapan harus memperbaharui kebiasaan, mengabil tantang baru, serta kapan harus berjuang keras lagi dan berfokus pada hal-hal mendasar. Refleksi dapat memberi kita perspektif yang benar, refleksi dan peninjauan ulang menawarkan waktu yang ideal untuk melihat kembali aspek – aspek paling penting dalam perubahan perilaku; identitas.

Ketika kita mengenakan identitas baru, keyakinan – keyakinan yang sama dapat menghambat dalam perjalanan ke tingkat pertumbuhan berikutnya, dengan menciptakan semacam “kesombongan”  yang mendorong penyangkalan terhadap titik-titik lemah dan mencegah anda dalam mengalami pertumbuhan yang sesungguhnya. Makin suci suatu gagasan bagi kita, maka makin kuat kita mempertahankannya terhadap kritik. Solusi untuk menghindarinya yaitu  jangan berpegang terlalu kuta pada satu identitas, karena akan menjadikan kita rapuh. Kehilangan satu hal ini akan membuat kehilangan jati diri.

Kunci dalam kehilangan identitas adalah mendifinisikan ulang diri sedemikian hingga dan harus mempertahankan aspek-aspek penting indentitas kita, bahkan jika peran khas kita berubah. Kebiasaan memang memberikan manfaat, tapi sisi negatifnya dapat mengunci pola pikir dan bertindak yang sudah ada. Tidak memiliki kesadaran diri adalah racun. Refleksi dan peninjauan ulang adalah obatnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bagaimana Menjadikan Kebiasaan Baik Tak Terhindarkan Dan Kebiasaan Buruk Mustahil

Aturan Goldilocks; Bagaimana Tetap Termotivasi dalam Hidup dan Pekerjaan